🍎 Menghargai Pendidik: Meluruskan Definisi dan Keadilan Pengakuan Guru
Definisi seorang guru seringkali dibatasi oleh dinding institusi formal dan struktur kurikulum yang kaku. Namun, apakah esensi mengajar — transfer ilmu, pembimbingan karakter, dan pengembangan potensi siswa — hanya milik mereka yang berada di sekolah formal? Menurut pandangan yang umum, seorang guru adalah individu yang mengajar dengan kurikulum jelas, memiliki kelas, dan siswa terdaftar. Sebaliknya, pendidik di luar sistem tersebut seringkali hanya disebut tutor atau fasilitator, seolah perannya kurang fundamental.
GURUPENDIDIKAN KESETARAANKEGIATAN SEKOLAHPKBMBERLIAN


Perbedaan Panggilan, Kesenjangan Pengakuan
Kesenjangan ini menjadi sangat nyata ketika kita melihat penghargaan dan hak-hak yang diterima oleh para pendidik.
Pendidikan Nonformal (Tutor): Meskipun seringkali menghadapi tantangan unik dalam menyesuaikan materi dengan kebutuhan spesifik individu atau kelompok, pendidik di jalur ini sering kali tidak mendapatkan pengakuan formal yang sama dengan guru sekolah, termasuk dalam hal status kepegawaian atau tunjangan.
Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C): Inilah titik di mana ketidakadilan terasa paling menyakitkan. Guru-guru yang mengajar di program kesetaraan (seperti Paket A, B, dan C) adalah para profesional yang bekerja di bawah kurikulum yang ditetapkan, mendidik siswa dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang putus sekolah atau telah bekerja, dan pada akhirnya memberikan ijazah yang setara dengan pendidikan formal. Namun, hak-hak dasar mereka, seperti sertifikasi guru, seringkali terabaikan.
Pengakuan sertifikasi guru sangat krusial karena merupakan pintu gerbang menuju tunjangan profesi, yang secara signifikan meningkatkan kesejahteraan guru. Tanpa sertifikasi, guru-guru di jalur kesetaraan bekerja dengan dedikasi yang sama, namun dengan imbalan dan jaminan sosial yang jauh di bawah rekan-rekan mereka di sekolah formal.
⚖️ Mendesak Keadilan Melalui Regulasi
Saat ini, belum ada perubahan undang-undang yang menyeluruh dan tegas untuk menyamakan penghargaan bagi semua pendidik yang memenuhi kriteria profesionalisme, terlepas dari jalur atau jenis sekolah tempat mereka mengajar. Guru adalah guru, baik ia mendidik anak di kelas reguler, memfasilitasi belajar bagi orang dewasa di program kesetaraan, atau bahkan membimbing di pendidikan khusus.
Pemerintah dan legislator perlu menyadari bahwa diskriminasi ini tidak hanya merugikan individu guru, tetapi juga menurunkan kualitas pendidikan secara keseluruhan, khususnya di jalur nonformal yang vital perannya dalam pemerataan akses pendidikan. Program kesetaraan adalah jaring pengaman pendidikan, dan para pengajarnya layak mendapatkan penghargaan yang setara.
Semua Jalur Layak Mendapat Penghargaan
Kesimpulannya, sudah saatnya kita mengakhiri dikotomi penghargaan dalam profesi guru. Penghargaan kepada guru seharusnya tidak membedakan jalur.
Semua jalur pendidikan—formal, nonformal, maupun kesetaraan—membutuhkan pendidik berkualitas, dan kualitas itu harus didukung oleh pengakuan serta kesejahteraan yang adil.
Pemberian sertifikasi, tunjangan profesi, dan pengakuan formal harus didasarkan pada kompetensi dan kontribusi seorang pendidik, bukan hanya pada stempel institusi tempatnya mengajar. Hanya dengan menyetarakan penghargaan, kita dapat benar-benar menghormati profesi guru dan memastikan bahwa setiap siswa, di jalur pendidikan mana pun, menerima bimbingan terbaik.